Sedikit Membenci Hujan

Malam ini masih hujan, sudah lah langit jangan kau terus tangisi kepergiannya!
Melihat hujan itu hobiku, melihatnya jatuh kepermukaan dengan percik-percik kecilnya menghasilkan bau tanah yang khas. Berbeda dengan sekarang, aku  tak terlalu menyukainya. Aku sedikit membencinya. Itu mengingatkanku.
Oh ya,tentang  hujan. Kita juga pernah membahasnya, apa kau masih ingat? Ku harap
Hei apa kabar? Lama tak jumpa di buku kuning ku
Buku kuning itu, mengingatkanku. Ku buka lembaran demi lembaran yang becerita tentang kau, lembaran kuning dengan icon kota paris, di pojok bawahnya dan ditulis dengan tinta coklat manis. Semuanya bercerita tentang kau.

Permulan yang manis,
Sejak itu kita lebih dekat dari bulan-bulan kebelakang, sampai suatu hariaku tak menyangka kau berbicara hal itu, hal yang sama ku rasakan. Tapi aku tak mengatakannya hari itu, aku  diam mendengar ka bicara, aku gugup, aku salah tingkah. Aku hanya tersenyum dengan dua pipi yang memerah karena malu, ku rasa.
Hari itu berlalu, sejak itu kami semakin dekat(bagiku, mungkin tak bagimu) hanya sebatas saling mengucapkan selamat malam saja.
Tapi itu tak bertahan lama, hanya hitungan bulan saja kau telah pergi
Hari itu hujan,seperti biasanya aku masih suka hujan. Tapi hari itu, kau bicarakan sesuatu yang membuatku kecewa sampai hari ini,
Dari awal sudah ku duga, kau masih belum bias melupakannya, cerita kalian terlalu indah, sampai tak ada yang pantas menggantikannya untukmu, tak ada yang pantas.
Hanya dia yang pantas utukmu, tapi bagaimana denganku? Oh, menyedihkan, ini tak adil!
Sudahlah, semuanya butuh waktu.
Ya, aku mungkin bersalah karena tak jujur dengan apa yang ku rasakan, maafkan aku
andai saja waktu bisa kembali, hanya beberapa fragmen detik yang hanya cukup untuk mengucapkan tiga kata sederhana bermakna besar untuk ku pun tak apa,  

0 komentar: